FALSE HADITH NARRATIVES ON SOCIAL MEDIA FROM THE PERSPECTIVE OF MUHAMMAD NĀSHIRUDDĪN AL-ALBĀNĪ
Perkembangan hadis Nabi sering kali terkait dengan upaya pemalsuan. Oleh karena itu, para ulama melakukan penelitian mendalam untuk memastikan keaslian hadis-hadis tersebut. Hadis Maudhu’ dianggap sebagai yang paling merugikan di antara hadis-hadis yang tidak otentik, karena merupakan hasil manipula...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
2024-07-01
|
Series: | Riwayah: Jurnal Studi Hadis |
Subjects: | |
Online Access: | https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/25725 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Perkembangan hadis Nabi sering kali terkait dengan upaya pemalsuan. Oleh karena itu, para ulama melakukan penelitian mendalam untuk memastikan keaslian hadis-hadis tersebut. Hadis Maudhu’ dianggap sebagai yang paling merugikan di antara hadis-hadis yang tidak otentik, karena merupakan hasil manipulasi dan penciptaan yang salah, yang kemudian salah dikaitkan dengan Nabi Muhammad Saw. Seiring berjalannya waktu, hadis disebarkan melalui berbagai platform media sosial, termasuk hadis-hadis palsu yang ikut tersebar melalui platform tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa narasi hadis palsu di media sosial dengan menggunakan pendekatan yang diberikan oleh Nāṣiruddīn al-Albānī. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan teknik analisis isi untuk mengidentifikasi kriteria yang digunakan al-Albānī dalam kitabnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasi hadis palsu di media sosial memiliki berbagai variasi, seringkali berkaitan dengan keutamaan hari atau bulan tertentu, pemerian pahala dan dosa yang besar terkait amalan yang tidak wajib, atau hal-hal terkait Mu’amalah. Al-Albānī, sebagai pengkaji hadis yang terkenal dengan penelitian dan penilaian kualitas hadis, memiliki kriteria khusus dalam menentukan hadis palsu. Beberapa tanda yang diungkapkan oleh al-Albānī terhadap hadis palsu termasuk karakteristik sanadnya, seperti perawi yang mengaku berdusta, dianggap pendusta oleh ulama, menyembunyikan cacat hadis, dianggap Munkar dan meriwayatkan dari satu jalur, serta perawi yang tidak dikenali. Sedangkan tanda-tanda dalam matan hadis termasuk makna yang aneh, bertentangan dengan dalil yang lebih ṣaḥīḥ(hadis, akal sehat, atau fakta sejarah), serta memberikan pahala atau dosa yang berlebihan. |
---|---|
ISSN: | 2460-755X 2502-8839 |