Analisis Potensi Pakan Hijauan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

Pakan merupakan faktor terpenting yang mendukung kelancaran suatu usaha peternakan, dimana 60 – 70 % biaya produksi usaha peternakan berasal dari pengadaan pakan. Penunjangan pengembangan usaha peternakan ternak ruminansia, diperlukan analisis potensi ketersediaan pakan terutama hijauan. Investasi l...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Luluh Anggriani, Badat Muwakhid, Sumartono
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Brawijaya 2023-09-01
Series:Jurnal Nutrisi Ternak Tropis
Online Access:https://jnt.ub.ac.id/index.php/jnt/article/view/165
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Pakan merupakan faktor terpenting yang mendukung kelancaran suatu usaha peternakan, dimana 60 – 70 % biaya produksi usaha peternakan berasal dari pengadaan pakan. Penunjangan pengembangan usaha peternakan ternak ruminansia, diperlukan analisis potensi ketersediaan pakan terutama hijauan. Investasi lahan yang dapat digunakan sebagai pengembangan peternakan sangat perlu, hal ini menentukan ketersediaan hijauan pakan ternak untuk menganalisis kapasitas ternak yang dapat ditempatkan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi pakan hijauan di Kabupaten Bima dan mendeskripsikan pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Bima. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Kabupaten Bima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Bima pada tahun 2022 memiliki populasi ternak ruminansia (sapi potong, domba, kambing dan kuda) sebanyak 209.821,2 ST dengan potensi pakan sebesar 650.386 ton BK/Tahun terdiri atas pakan alami (rumput) dan hasil samping pertanian (jerami) sebesar 469,277 ton BK/Tahun. Daya tampung ternak mencapai 707.488 ST sehingga mempunyai potensi pengembangan sebesar 390.857 ST. Nilai IDD  di Kabupaten Bima sebesar 1,3 yang masuk kategori kritis maka kemungkinan dilakukan pengembangan usaha ternak ruminansia relatif kecil.
ISSN:2714-8068
2654-993X