Anestesi Spinal pada Maternal dengan Struma Hipertiroid yang Menjalani Seksio Sesarea secara Emergensi: Satu Laporan Kasus

Kehamilan dengan penyakit sistemik merupakan kasus yang menjadi perhatian khusus. Hipertiroid adalah salah satu penyakit sistemik pada kehamilan yang dapat menimbulkan kegawatan pada ibu dan janin. Kami melaporkan kasus wanita 24 tahun dengan G1P1A0 yang menjalani seksio sesarea atas indikasi ketub...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Mustaqiem Isda, Isngadi isngadi
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC) 2025-07-01
Series:Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
Subjects:
Online Access:https://www.jurnalanestesiobstetri-indonesia.id/ojs/index.php/Obstetri/article/view/159
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Kehamilan dengan penyakit sistemik merupakan kasus yang menjadi perhatian khusus. Hipertiroid adalah salah satu penyakit sistemik pada kehamilan yang dapat menimbulkan kegawatan pada ibu dan janin. Kami melaporkan kasus wanita 24 tahun dengan G1P1A0 yang menjalani seksio sesarea atas indikasi ketuban pecah dini, hipertiroid dan fetal compromised. Tekanan darah 139/82 mmHg, laju nadi 112 kali per menit,saturasi 99 % udara ruang. Pemeriksaan preoperasi didapatkan keluhan berdebar disertai adanya eksoftalmus, tremor, dan benjolan di leher. Pemeriksaan jantung didapatkan bunyi jantung I–II reguler tanpa murmur, suara paru vesikular dengan di kedua lapang paru. Pemeriksaan Leopold didapatkan janin tunggal dengan presentasi kepala, denyut jantung janin 157 kali per menit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 12,7 g%, hitung leukosit 12.020/mm3, hitung trombosit 199.000/ mm3. Hasil faal tiroid T3 Total 2,07 (0,8–2,0), Free T4 3,20 (0,93 - 1,7) dan TSH < 0,01 (0,270-4,20). Pemeriksaan laboratorium lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan sinus takikardia 116 x/menit. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan jantung dan paru normal. hasil konsultasi bersama spesialis kardiologi tidak didapatkan kelainan pada jantung pasien. Pasien stabil selama operasi dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain 10 mg adjuvan morphin 0.1 mg. Analgetik pascaoperasi diberikan injeksi ketorolak 30 mg setiap 8 jam intravena dan paracetamol 4x750 mg per oral dengan VAS 2 pada hari ke-0. Obat dilanjutkan dengan PTU 3x100 mg dan propanolol 3x40 mg per oral. Pasien di observasi di High Care Unit selama post operasi.
ISSN:2808-3261
2615-370X